Wisata Klenteng Sam Poo Kong Semarang
Jl Raya Simongan Semarang
Kumpulan foto-foto Klenteng Sam Poo Kong Semarang hasil jepretan saya per tanggal 29 April 2012.
What is Mean???
Apa Sich Artinya???
Hayo...Siapa yang bisa menerjemahkan???
Maybe...artinya....Ucapan Selamat Datang kali ya...???!!!***Ngarang bgt..hehehe...
Ini adalah pendopo yang bakal teman lawat saat pertama kali memasuki area Bangunan dalam Klenteng Sam Poo Kong Semarang. Di bangunan tersebut ada fotografer yang memberikan layanan kepada wisatawan untuk potret berpose dan berpakaian adat China dengan tarif yang cukup terjangkau, yaitu Rp 75.000,00/orang (tarif sekarang) dengan 2 kali jepretan.
Apa Sich Artinya???
Hayo...Siapa yang bisa menerjemahkan???
Maybe...artinya....Ucapan Selamat Datang kali ya...???!!!***Ngarang bgt..hehehe...
Ini adalah pendopo yang bakal teman lawat saat pertama kali memasuki area Bangunan dalam Klenteng Sam Poo Kong Semarang. Di bangunan tersebut ada fotografer yang memberikan layanan kepada wisatawan untuk potret berpose dan berpakaian adat China dengan tarif yang cukup terjangkau, yaitu Rp 75.000,00/orang (tarif sekarang) dengan 2 kali jepretan.
Eits......O...O...Siapa Dia???
Jangan
takut prend....biar tampang kelihatan seram tapi cukup ramah kok....dan
nggak pernah marah, apalagi sampai mukul, jangankan mukul mo ngomong
dan pindah tempat aja kesusahan alias nggak bisa hehehehe....sudah dipanjer di depan gawangnya pendopo hehehe...
Ini
Om yang jaga di pendopo pertama tadi, so bisa dibilang adalah pak
satpamnya Klenteng Sam Poo Kong Semarang...keren abis
ya.......hehehehehe......
Tampak dari depan
Bangunan ke dua dari tiga bangunan utama klenteng
Bangunan ke tiga dari tiga bangunan utama
Kendil Raksasa
Prend...ternyata
kendil raksasa ini difungsikan oleh tukang bersih-bersih sebagai tempat
pembakaran sampah daun kering lho....unieq juga ya....so mulut nya
berfungsi sebagai cerobong asap.....
Ini dia..., Tuan Rumah nya Klenteng Sam Poo Kong, Laksamana Cheng Ho
pemberani dan juga gagah perkasa....dan juga murah senyum.....Kayaknya Jadi orang yang paling bahagia sedunia ni...., lha wis...senyumnya gak pernah berhenti tuh....hahahahaha......
Njur iki sopo???
Apa ini bossnya Laksamana Cheng Ho yang dari Negeri Tiongkok???
Mukanya serem, galak,dan penuh amarah.....iiihhh.....takutttt.....
Penjaga Klenteng yang lucu dan bergaya.....so imut banget...hehehe....
Bunga ini pun cukup unieq posenya, so tidak ketinggalan dijepret sekalian....
Nggak cuma tentara aja yang bisa berbaris rapi....bunga ini pun bisa berbaris rapi laiknya TNI
Alhamdulillaah...abis keliling mengitari klenteng terus leyeh-leyeh di gasebo itu mak nyusss ademnya ...
Buat Teman-teman yang belum pernah berkunjung ke Wisata Sam Poo Kong, Seyogyanya segera berkunjung dech..., tiket masuknya amat sangat murah Prend..., Dengan kocek dibawah 5000 rupiah sudah bisa cuci mata memuaskan laparnya mata...
Klenteng Sam Poo Kong Semarang terdiri atas sejumlah anjungan. Bangunan pemujaan utama ialah Klenteng Besar dan gua Sam Po Kong, Klenteng Tho Tee Kong : tempat - tempat pemujaan Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan mbah Kyai Tumpeng.Klenteng Besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting di antara semuanya ,dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan di komplek tersebut Gua yang memiliki mata air yang tak pernah kering ini dipercaya sebagai petilasan dan dibangun sebagai duplikat tempat yang pernah ditinggali.
Sam Po Tay Djien ( Zheng Ho ),yang telah roboh. bangunan klenteng meerupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan type klenteng yang ada di Pecinan, klenteng ini tidak memiliki serambi atau balai gerbang yang terpisah. Pada bagian tengah terdapat ruang pemujaan Sam Po.Gua batu sebagaimana tersebut di atas terdapat di dekatnya. Facade gua berlukisan sepasang naga dengan bola api yang terletak di tas ambang pintu masuk yang sempit.Klenteng Tho Tee Kong atau Toapekong Tanah atau Ho Tek Tjin Sin yang terletak di belakang pintu gerbang, merupakan yang paling populer.
Nggak cuma tentara aja yang bisa berbaris rapi....bunga ini pun bisa berbaris rapi laiknya TNI
Alhamdulillaah...abis keliling mengitari klenteng terus leyeh-leyeh di gasebo itu mak nyusss ademnya ...
Penghujung
dari Klenteng Sam Poo Kong Semarang adalah pintu gerbang utama yang
berada di ujung selatan yang menghubungkan dengan jalan utama Simongan.
Namun Gerbang ini jarang sekali dibuka, so kesannya hanya jadi ornament saja....buat Background photo-photo ala model yang seolah-olah kalau berpose di depan gerbang tersebut, seperti sedang berkunjung di Negeri China ...hehehe...
So...Gak usah jauh-jauh ke Negeri China Prend...Sudah ada replika bangunannya di Semarang...
Buat Teman-teman yang belum pernah berkunjung ke Wisata Sam Poo Kong, Seyogyanya segera berkunjung dech..., tiket masuknya amat sangat murah Prend..., Dengan kocek dibawah 5000 rupiah sudah bisa cuci mata memuaskan laparnya mata...
Sejarah Klenteng Sam Poo Kong Semarang
Indonesia terkenal dengan
kemajemukan budaya. Keberagaman suku, agama, dan ras yang terkandung
dalam nilai ke Bhineka an. Selain itu, Nusantara memiliki kekayaan alam
yang luar biasa. Kekayaan itu menjadikan Indonesia selalu menarik
untuk dikunjungi wisatawan.
Dan
salah satu tempat wisata yang menarik untuk anda kunjungi adalah Klenteng Sam Poo Kong Semarang.
Berlokasi di sebelah barat daya kota Semarang , tepatnya di daerah
Simongan. Jl. Simongan Semarang di bawah naungan Yayasan Klenteng Sam Poo Kong
Gedung Batu. Saat ini , selain berfungsi sebagai tempat ibadah, kawasan Klenteng Sam Poo Kong Semarang juga
menjadi salah satu tujuan wisata lokal di semarang yang menarik
banyak minat wisatawan , baik Domestik maupun mancanegara.
Kisah Laksamana Cheng Ho bagi warga Semarang Jawa Tengah seolah tidak ada habisnya. Kenangan akan
hadirnya Cheng Ho sampai saat ini masih dapat dirasakan di saat Anda berkunjung
ke Klenteng yang terletak di kawasan Simongan, Semarang Barat. Klenteng ini
lebih dikenal dengan nama Klenteng Sam Poo Kong atau Klenteng Gedong
Batu. Bangunannya seluas 1.020 meter persegi dan didominasi warna merah sangat
megah, terlebih dengan banyaknya kepulan asap dupa dan bau hio, membuat Anda
seakan di China. Dari berbagai sudut maka Anda akan mandapati penganut Budha,
Konghucu, maupun Tao yang berdoa di tempat itu. Bangunan berarsitektur Cina ini
belakangan juga menjadi tujuan bagi wisatawan minat khusus keagamaan.
Di klenteng ini bulan Maret 2011 Anda akan melihat patung raksasa Laksamana Cheng Ho setinggi 10,7 meter berbahan perunggu dengan berat sekitar 3,7 ton akan menjadi ikon pariwisata provinsi Semarang.
Klenteng sendiri adalah sebutan untuk bangunan peribadatan umat Tridharma yang terdiri dari penganut agama Budha, Kong hu cu dan Taoisme. Meski pada perkembangannya tiap-tiap agama tersebut memiliki bangunan peribadatan masing-masing, umumnya orang Indonesia lebih mengenal nama Klenteng. Klenteng Sam Poo Kong di Semarang sangatlah unik karena memiliki nilai sejarah yang berhubungan dengan Laksamana Cheng Ho, seorang pelaut Muslim dari Cina yang terkenal dengan perjalanan muhibahnya ke berbagai penjuru dunia dengan membawa misi damai. Keunikan lainnya adalah pengguna Klenteng Sam Poo Kong ini tidak hanya umat Tridharma saja melainkan hampir semua umat beragama.
Di klenteng ini bulan Maret 2011 Anda akan melihat patung raksasa Laksamana Cheng Ho setinggi 10,7 meter berbahan perunggu dengan berat sekitar 3,7 ton akan menjadi ikon pariwisata provinsi Semarang.
Klenteng sendiri adalah sebutan untuk bangunan peribadatan umat Tridharma yang terdiri dari penganut agama Budha, Kong hu cu dan Taoisme. Meski pada perkembangannya tiap-tiap agama tersebut memiliki bangunan peribadatan masing-masing, umumnya orang Indonesia lebih mengenal nama Klenteng. Klenteng Sam Poo Kong di Semarang sangatlah unik karena memiliki nilai sejarah yang berhubungan dengan Laksamana Cheng Ho, seorang pelaut Muslim dari Cina yang terkenal dengan perjalanan muhibahnya ke berbagai penjuru dunia dengan membawa misi damai. Keunikan lainnya adalah pengguna Klenteng Sam Poo Kong ini tidak hanya umat Tridharma saja melainkan hampir semua umat beragama.
Bangunan klenteng merupakan bangunan tunggal
beratap susun. Berbeda dengan type klenteng yang ada di Pecinan, klenteng ini
tidak memiliki serambi atau balai gerbang yang terpisah, di bagian tengahnya
terdapat ruang pemujaan Sam Po.
Menurut cerita, saat Laksamana Cheng Ho
berlayar melewati Laut Jawa ada seorang awak kapalnya yang sakit yaitu Wang
Jinghong atau nama lainnya Dampo Awang atau Kiai Jurumudi Dampo Awang. Cheng Ho
memerintahkan membuang sauh, kemudian merapat ke pantai utara Semarang dan
mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi
menjadi Klenteng. Bangunan itu sekarang berada di tengah kota Semarang
diakibatkan Pantai Utara Jawa selalu mangalami pendangkalan karena sedimentasi
sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas ke arah utara.
Saat mendarat di Pelabuhan Simongan (Kali Semarang sekarang), Cheng Ho memerintahkan mendirikan masjid dan klenteng. Sekarang menjadi Klenteng Gedong Batu. Ketika sampai di darat Cheng Ho menemukan sebuah gua batu yang akhirnya digunakan bersemedi dan bersembayang. Karena merasa nyaman di daerah tersebut, ia memutuskan untuk beberapa waktu beristirahat di tempat tersebut. Selama menetap dia mengajarkan penduduk bersawah dan berladang. Kemudian ia melanjutkan pelayarannya, tetapi banyak awak kapal yang menikah dengan penduduk setempat dan menetap di daerah Simongan sehingga sampai sekarang di daerah Simongan banyak dihuni oleh keturunan Tiongkok. Untuk mengenang jasa-jasa Laksamana Cheng Ho, penduduk setempat membangun sebuah Klenteng di sekitar gua Batu tempat semedi Laksamana Cheng Ho tersebut.
Klenteng Sam Poo Kong merupakan Klenteng Agung agama Budha. Terletak di Gedong Batu, Simongan, Semarang. Disebut Gedong Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Karena kaburnya sejarah, orang Indonesia keturunan China menganggap bangunan itu adalah sebuah Klenteng karena bentuknya berarsitektur China sehingga mirip sebuah Klenteng. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat pemujaan, bersembahyang, serta tempat berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakkan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Awalnya di tempat ini hanyalah berupa gua yang di dalamnya terdapat sebuah altar yang digunakan bersama oleh Cheng Ho yang Muslim sebagai tempat shalat dan pengikutnya yang beragama lain. Saat Cheng Ho melanjutkan perjalanannya, gua tersebut tertimbun tanah longsor pada 1704 dan sebagai penghormatan terhadap Cheng Ho, masyarakat setempat menggali kembali serta membangun altar yang dilengkapi dengan patung Cheng Ho beserta pengawalnya. Gua ini biasa digunakan sebagai tempat meramal nasib yaitu dengan menggunakan tongkat-tongkat kecil yang bertuliskan angka.
Saat mendarat di Pelabuhan Simongan (Kali Semarang sekarang), Cheng Ho memerintahkan mendirikan masjid dan klenteng. Sekarang menjadi Klenteng Gedong Batu. Ketika sampai di darat Cheng Ho menemukan sebuah gua batu yang akhirnya digunakan bersemedi dan bersembayang. Karena merasa nyaman di daerah tersebut, ia memutuskan untuk beberapa waktu beristirahat di tempat tersebut. Selama menetap dia mengajarkan penduduk bersawah dan berladang. Kemudian ia melanjutkan pelayarannya, tetapi banyak awak kapal yang menikah dengan penduduk setempat dan menetap di daerah Simongan sehingga sampai sekarang di daerah Simongan banyak dihuni oleh keturunan Tiongkok. Untuk mengenang jasa-jasa Laksamana Cheng Ho, penduduk setempat membangun sebuah Klenteng di sekitar gua Batu tempat semedi Laksamana Cheng Ho tersebut.
Klenteng Sam Poo Kong merupakan Klenteng Agung agama Budha. Terletak di Gedong Batu, Simongan, Semarang. Disebut Gedong Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Karena kaburnya sejarah, orang Indonesia keturunan China menganggap bangunan itu adalah sebuah Klenteng karena bentuknya berarsitektur China sehingga mirip sebuah Klenteng. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat pemujaan, bersembahyang, serta tempat berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakkan sebuah altar, serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Awalnya di tempat ini hanyalah berupa gua yang di dalamnya terdapat sebuah altar yang digunakan bersama oleh Cheng Ho yang Muslim sebagai tempat shalat dan pengikutnya yang beragama lain. Saat Cheng Ho melanjutkan perjalanannya, gua tersebut tertimbun tanah longsor pada 1704 dan sebagai penghormatan terhadap Cheng Ho, masyarakat setempat menggali kembali serta membangun altar yang dilengkapi dengan patung Cheng Ho beserta pengawalnya. Gua ini biasa digunakan sebagai tempat meramal nasib yaitu dengan menggunakan tongkat-tongkat kecil yang bertuliskan angka.
Klenteng Sam Poo Kong dipengaruhi oleh dua
jenis kebudayaan abad ke-14, yaitu kebudayaan Cina sebagai sumber dari
nilai-nilai keagamaan dan tata cara prosesi sembahyang yang dibawa oleh
Laksamana Cheng Ho dan masyarakat Tiong hoa yang tinggal dan menetap di daerah
Pulau Tirang (nama kota Semarang pada waktu itu) serta kebudayaan lokal Jawa
pedalaman yang berpengaruh pada bentuk fisik bangunan Klenteng.
Komplek Sam Poo Kong dipercaya sudah berdiri
sejak abad ke-15, setelah kedatangan Sam Po Tay Djien (Cheng Ho) di Jawa dengan
mengemban misi menjamin persahabatan. Pendaratan tersebut dilakukan di
Simongan. Pada Oktober 1724 diadakan upacara besar-besaran sebagai ungkapan
terima kasih kepada Cheng Ho yang telah melindungi penduduk dari mara bahaya,
sekaligus memperingati pendaratannya. Dua puluh tahun sebelumnya diberitakan
bahwa gua yang dipercaya sebagai tempat tinggal Sam Po dulu runtuh disambar
petir. Tak berselang lama gua tersebut dibangun kembali dan di dalamnya
ditempatkan Sam Po dengan empat anak buahnya yang didatangkan dari Tiongkok.
Pada perayaan tahun 1724 tersebut telah ditambahkan bangunan emperan di depan
gua. Perbaikan pertama disusul oleh perbaikan kedua pada tahun 1879 yang
diprakarsai dan dibiayai oleh hartawan Oei Tjie Sien (ayah Oie Tiong Ham) yang
telah mengambil alih pemilikan kawasan tersebut dari Hoo Yam Loo, pemegang
pakta madat yang merugi. Tidak begitu jelas apa saja yang ditambahkan pada
pemugaran kedua ini, hanya setelah selesai maka komplek tersebut dibuka untuk
umum. Pada tahun 1937 atas prakarsa Lie Hoo Soen komplek Sam Po dipugar
kembali. Kemudian diadakan beberapa penambahan, yaitu gapura, taman suci dan
selasar (Pat Sian Loh) yang menghubungkan Klenteng Sam Po dengan makam Kyai
Jurumudi.
Klenteng Sam Poo Kong Semarang terdiri atas sejumlah anjungan. Bangunan pemujaan utama ialah Klenteng Besar dan gua Sam Po Kong, Klenteng Tho Tee Kong : tempat - tempat pemujaan Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan mbah Kyai Tumpeng.Klenteng Besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting di antara semuanya ,dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan di komplek tersebut Gua yang memiliki mata air yang tak pernah kering ini dipercaya sebagai petilasan dan dibangun sebagai duplikat tempat yang pernah ditinggali.
Sam Po Tay Djien ( Zheng Ho ),yang telah roboh. bangunan klenteng meerupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan type klenteng yang ada di Pecinan, klenteng ini tidak memiliki serambi atau balai gerbang yang terpisah. Pada bagian tengah terdapat ruang pemujaan Sam Po.Gua batu sebagaimana tersebut di atas terdapat di dekatnya. Facade gua berlukisan sepasang naga dengan bola api yang terletak di tas ambang pintu masuk yang sempit.Klenteng Tho Tee Kong atau Toapekong Tanah atau Ho Tek Tjin Sin yang terletak di belakang pintu gerbang, merupakan yang paling populer.
Di kalangan masyarakat yang agraris,
Dewa Bumi ini sangat dihormati dan selalu dimintai berkahnya. Klenteng Cap Kauw
King, tempat pemujaan Tho Tee Kong pula, berkaitan dengan klenteng ini. Tidak
pula dijumpai serambi seperti pada klenteng di Pecinan. Tempat pemujaan Kyai
Jurumudi dipercaya sebagai makam Wang Jing Hong, wakil Zheng Hoo dalam
pelayarannya.
Bangunan makam merupakan bangunan
sederhana beratap pelana. Pintu masuknya terletak di tengah dan di kedua
sisinya terdapat jendela bundar. Di bawah kedua jendela bundar terdapat lukisan
berwarna yang mengisahkan perjalanan pelayaran Sam Po.
Anjungan
Kyai Jangkar memiliki tiga altar, yaitu altar Hoo Ping, yaitu para pelaut dan
pembantu Zheng Ho yang gugur pada saat menunaikan tugasnya; altar Nabi Kong Hu
Cu di tengah; dan altar pemujaan mbah Kyai Jangkar di sebelah kanan. Anjungan
Kyai Cundrik Bumi merupakan petilasan tempat anak buah Zheng Ho menyimpan
segala macam senjata. Sedangkan anjungan Kayi Tumpeng yang terletak di ujung
selatan komplek dipercaya sebagai tempat anak buah Zheng Ho bersantap pada masa
lalu. Bangunan ini sekarang dipakai untuk bersemedi atau menyepi.
Keberadaan Klenteng Sam Poo Kong
Semarang ini memberikan inspirasi bagi berkembangnya berbagai legenda mengenai
Kota Semarang. Tiap tahun bertepatan tanggal 29 Lak Gwee
penanggalan Tionghoa, diadakan upacara ritual memperingati hari ulang tahun Sam
Poo Tay Djien.
Sumber Info sejarah:
http://www.indonesia.travel
http://www.semarang.go.id
http://banggawisatalokal.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar