Pasang Iklan

Pasang Iklan
Home » » Sofia The First

Sofia The First

Written By Sista Nana on Kamis, 16 Juni 2016 | 01.14.00

Sofia The First

 Lahirnya Sofia; 02 Oktober 2013

Lokasi Rumah Sakit Candra Timika Papua








 











Usia 5 hari setelah lahir















Saat Baby Sofia masih umur 1 bulan - 3 bulan, saya pakaikan popok bayi, walaupun sekarang sudah ada diapers untuk bayi yang baru lahir. Memang agak ribet namun bagus untuk kesehatan  bayi, karena pada usia tersebut bayi masih sering pipis dan berak. pada usia tersebut kulit bayi juga masih sangat sensitif. sehinnga dengan memakai popok bayi akan mudah dikontrol bila si bayi pipis atau berak. 

Barusan beberapa hari nongol di dunia, sudah bisa bergaya Mohawk ya rambutnya hehehe...




Sofia Salsabila Hadi , itulah nama anak pertamaku, lahir pada tanggal 02 Oktober 2013 waktu 17.08 WIT berjenis kelamin perempuan, berat 3.05 kg.
Alhamdulillah, diberikan kesempurnaan fisik dan jiwa.
Tubuhnya mungil, kulit putih, rambut lebat, mata lebar, dan hidung sedang.
Doa ku semoga menjadi anak yang sholehah, cerdas, pintar, kreatif dan kelak bermanfaat bagi keluarga, agama, nusa dan bangsa.


Kisah Lahirnya Baby Sofia

Menurut prediksi dokter, bayi yang ada dalam kandungannku lahir sekitar tanggal 27 September 2013, namun pada tanggal tersebut masih belum ada tanda-tanda akan lahir.

Pada hari sabtu tanggal 28 September 2013 saya masih asik jalan-jalan ke Rumah trans SP9 yang jarak tempuh dari SP3 hampir memakan waktu 3/4 jam menggunakan motor, dan tanggal 28  September 2013 saya jalan-jalan ke Kuala Kencana.

Pada hari Selasa tanggal 01 Oktober saya sudah mulai merasakan perut mulas seperti mau berak, namun tidak berak, pada malam harinya saya diantar suami dan saudara  ke klinik Yulia Timika dengan menyewa taxi, sampai di sana oleh suster diperiksa katanya baru pembukaan satu, oleh suster diruh pulang dulu dan diminta untuk USG.

Keesokan harinya, Hari Rabu tanggal 02 Oktober 2013 jam sepuluhan pagi saya diantar suami menuju ke RS Candra Timika,
Setelah antri hampir dua jam giliran saya menghadap menghadap Dokter Fahmi (Dokter Spesialis Kandungan).

Dari hasil USG menunjukkan kalau air ketuban mulai berkurang dan keruh, dan baru pembukaan satu. saat dicek ternyata pinggul saya sempit. Dari beberapa alasan tersebut, saat itu juga Dokter mengharuskan saya untuk inap dan operasi Cesar, karena tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal.

Dengan rasa mulas, dan rasa nyeri yang terus-menerus, dan seringkali pipis saya menunggu di ruang tunggu.  Baru sekitar pukul 14.00 WIT saya prepare untuk operasi Cesar.

Di ruang tunggu khusus sebelah ruang operasi, saya dibaringkan dikasur beroda, semua perhiasan dan pakaian dilepas, hanya berselimut kain putih. Peralatan infus mulai dipasang, dan kantong penampung pipis juga sudah dipasang,

Kata suster, "Kalau ibu mau pipis , pipis saja, tidak usah bangun ke toilet, pipis ibu akan ditampung di tempat ini,"

Dalam proses penantian operasi, rasa takut dan cemas mulai menghantui. rasa mulas dan nyeri yang terus-menerus sakitnya tak tertahankan.

Dalam hati berkata, kalau tahu dari awal pinggul sempit tidak perlu harus merasakan sakit seperti ini. so bisa operasi sebelum merasakan 'tanda-tanda kelahiran secara normal'.

Suamiku setia menungguku diruang tunggu, sesekali dia mengelus-elus bagian tubuhku yang terasa nyeri. Selama hampir dua setengah jam saya menunggu di ruang tunggu khusus. Katanya menunngu dokter pemerintah.

Setelah Dokter komplit dan ruang operasi siap, pada pukul 16.45 WIT saya dibawa masuk ruang operasi, sementara suami menunggu di ruang tunggu khusus tadi.

Saya mulai deg-degan, saran dokter saya disuruh tenang dan tidak usah takut. Dalam hati saya berdoa dan berdzikir, pasrah, ikhlas dan tawaqqal kepada Allah SWT.

Kata Dokter, "Ibu tidak usah takut, tidak sakit kok dan hanya sebentar"


Dokter mulai menyuntikkan Anestesi ke bagian punggung saya, hingga diulang dua kali,karena yang pertama belum menemukan tempat yang tepat. Suntikan jarumnya terasa nyeri.

Selang beberapa menit, sekujur tubuh kecuali daerah leher dan kepala terasa kaku dan seperti kesemutan.

 Bagian kepala dan leher masih bisa saya gerakkan. saya hanya bisa melihat lampu operasi yang menyorot terang. pandangan saya terhalang dengan kain,

Para dokter dan asistennya sedang fokus mengerjakan operasi saya., selang beberapa menit terdengarlah suara tangis bayi.

Kata Dokter, "Selamat Bu...Bayi Ibu sehat...., beratnya 3.05 kg, berjenis kelamin perempuan".

Dalam hati saya bersyukur kepada Allah SWT, telah dijadikan seorang ibu dan proses operasi berjalan lancar.

setelah luka sayatan dijahit, selang beberapa menit saya dipindahkan diruan perawatan, sementara bayinya di ruang rawat khusus bayi. hanya saat mau menyusui diantarkan ke ibunya, setelah nenen dikembalikan ke ruang bayi.

Suami terasa lega dan bahagia, sudah menjadi seorang Ayah.  Sebelumnya, dokter memprediksi jenis kelaminnya laki-laki. Meskipun setelah lahir ternyata berjenis kelamin perempuan, suami tetap bahagia dan bersyukur.

Kata suami, " Mau laki-laki atau perempuan sama saja, saya lega dan bersyukur sudah dikaruniai seorang anak"

"Beberapa dari teman kerja saya yang sudah lama menikah belum dikaruniai keturunan, dan saya Alhamdulillah setelah nikah langsung diberikan keturunan, tidak menunggu lama-lama." Katanya.

Dia menunjukkan foto baby Sofia, matanya lebar, lucu dan menggemaskan.

Katanya, saat ditunggui suster

Dalam beberapa jam, tubuhku masih terasa kaku, pengaruh anestesi baru hilang hampir lebih lima jam pasca operasi. So rasa nyeri pasca operasi mulai terasa.

Sehari pasca Operasi Cesar, air susu masih belum keluar, Namun kata dokter bayinya dianjurkan menyusu ASI saja, tidak boleh dikasih susu formula.

Kata Suster, " Bayi masih bisa bertahan selama tiga hari pasca kelahirannya walaupun tanpa ASI, karena bayi masih mendapat asupan dari tali pusar yang masih menempel pada pusarnya."

 Selama itu saya berusaha dengan minum sari kacang hijau, susu menyusui, dan makan sayur daun katuk. Alhamdulillah di hari kedua pasca operasi cesar ASI sudah bisa keluar. dan baby Sofia menyusu dengan lahapnya.
 
Pada hari pertama psca operasi tubuh masih terasa kaku dan kram, di hari kedua sudah mulai belajar miring kanan dan kiri. Pada hari ketiga pasca operasi mulai belajar duduk dan turun dari ranjang, pada hari ke empat sudah belajar berdiri dan berjalan. Hari kelima sudah kembali normal dan bisa pulang ke rumah.


Selama saya belum bisa bergerak, suami saya dengan setia menyuapi makan dan melayani saya.

Betapa nikmatnya ditemani suami disaat-saat kita dalam keadaan tidak berdaya. Saya bersyukur suami bekerja di daerah Kuala Kencana yang dekat dan bisa pulang setiap harinya. Sehingga bisa berkumpul setiap hari dan selalu ada di saat-saat dibutuhkan. Kata orang 'Suami SIAGA'

Suami saya cuti hampir seminggu untuk menemani persalinan saya.

Untuk mempercepat proses kesembuhan pasca operasi, suami saya membelikan kapsul Pinahong dari toko Sinsai (Toko yang menjual Obat China).

Kapsul tersebut berasal dari saripati daun Pinahong.

Harga 1 paket Kapsul Pinahong untuk minum selama 3 hari saat itu Rp 850.000,00 terbilang mahal, namun sebanding bila dilihat dari manfaatnya yang mempercepat proses pengeringan luka dalam pasca operasi 

Disamping Obat dokter, saya juga minum kapsul pinahong dari hari kedua  pasca melahirkan hingga hari ke empat pasca melahirkan. saya minum selang satu jam setelah minum obat dokter.

Alhamdulillah dihari kelima saat dokter memeriksa bekas operasi, dokter menyatakan luka dalam dan luka luar nya sudah membaik, boleh pulang saat itu juga.









0 comments:

Posting Komentar

iklan

iklan

iklan

iklan

iklan

iklan

Popular Posts

Space Iklan

Space Iklan