Jumpa Pertama
Telah seminggu lebih lebaran berlalu, libur panjang telah berakhir. Dan hari ulang tahunku,
Jum’at 24 Agustus 2012 pun telah lewat, di usia yang sudah menginjak tiga puluh
tahun ini tak ada perayaan maupun ucapan selamat baik dari teman atau pun
kerabat, it’s ok…, tetap semangat! Hati tetap bersyukur, Allah melimpahkan jiwa
dan raga ini tetap sehat dan selamat,
serta senantiasa diberikan rahmat dan nikmat.
Ini adalah hari ke dua saya masuk kerja, hari Selasa, 28
Agustus 2012. Seperti biasa bersama ke tiga rekan kerja bekerjasama
menyelesaiakan pekerjaan yang ada dan melewati hari demi hari dengan semangat
dan keceriaan.
Ada penantian untuk sebuah
harapan, di mana Perjumpaan Pertama antara kedua insan manuasia yang sedang
dilanda asmara akan
berlangsung besok Rabu, tanggal 29 Agustus 2012. Dalam hati bertanya,
Benarkah…ya Rabb…, akan Engkau
pertemukan kami???
Dering handphone ku
berbunyi, sang kekasih menyapa dari dalam handphone…, dengan senyum
merekah dan penuh canda kita mengobral kata by pesawat handphone.
Mas HD : “Assalamu
Alaikum…, “ Gimana kabar Yang? Apa lagi sibuk kerja?”
Sis Na: “Waalaikum Salam…, Alhamdulillaah…, baik mas…, lagi santai…,
Ini mamas di mana ? Apa sudah pulang kerja? “
Mas HD : “Sudah pulang dari jam 12 tadi yang…, Ini mamas
sudah di Bandara, sekitar sejam lagi pesawatnya baru berangkat…”.
Sis Na : “Oh ya, Ke bandara naik apa? Tadi waktu pulang
kerja apa temannya mamas ada yang comment? “
Mas HD: “Ke bandara diantarin sama Pak Lek, he eh…tadi ada beberapa
teman yang comment, ‘Lho Pak kok
Cuti lagi…, ada apa gerangan??? Lamarankah???
Ya Syukur kalau sudah menemukan calon pendamping hidup, saya turut
senang’.
Saya ketawa…, dan saya jawab, ‘belum… baru mau ketemuan dulu
Bu…’”.
Sis Na : “ Ntar Rutenya, lewat mana mas? Kira-kira sampai Surabaya jam berapa? Dan
sampai Semarang
jam berapa?”
HD : “Rutenya Timika – Makasar – Surabaya. Perjalanan dari Timika ke Makasar
tiga jam dan dari Makasar ke Surabaya
satu jam. Kira-kira nanti sampai Surabaya
jam sembilan malam. Kemungkinan dari Surabaya ke
Semarang naik
bus. Surabaya – Semarang biasanya perjalanan berapa jam
yang…?”
Sis Na : “ Sekitar tujuh sampai delapan jam mas…, berarti
kalau mamas dari Surabaya sekitar jam sembilan
malam, berarti sampai semarang sekitar jam empat
atau jam lima
pagi…”
HD : “Ya..kurang lebihnya jam segitu…”
Sis Na : “Waah…mas, kalau sampai Terboyo sekitar jam empat
an saya nggak berani jemput mamas pagi-pagi…., masih gelap… dan pastinya masih
bobok…”.
HD : “Gampang…, nanti bisa diatur…, kalau semisal nanti
sampai Semarang Jam empatan ya nanti saya tak ngopi-ngopi sambil menanti adzan
subuh, sholat subuh dulu di masjidnya Rumah Sakit Sultan Agung…, Kalau sudah
terang baru kamu saya calling…”. Ok deh sebentar lagi sudah mau berangkat,
saya off dulu ya yang…, nanti saya kabari lagi…”.
Sis Na : “Okey…, Titi DJ ya mamas…hati-hati
di jalan maksudnya…hehehe…, Jangan lupa berdoa dan selalu berdzikir di
Jalan, doaku selalu menyertaimu…, Semoga Allah senantiasa memberikan
keselamatan kepadamu…amiiin…, Sayangnya manaaa…???”
HD : “Mmuacch…, Mmuacch…, Mmmuacch…”
Sis Na : “ Manaaaa…nggak berasa….kok yang di Kiss Handphone
nya mamas sendiri… hahaha…, Kata-katanya manaaaaa…???”
HD : “ hahaha…, gimana tho yang…’Aku di sini…, kau ada di sana…’, gampang…bisa
diatur…, sudah dulu ya yang.., mamas mau naik pesawat…, I Love you…,
Assalaamu alaikum…”.
Sis Na : “ Waalaikum salam… Love you too mamas.., Jangan lupa ngabari ya maas.., Allah
Yubarikfik…”.
Rabu, 29 Agustus 2012
Tit tit…tit tit…tit tit…, Alarm Handphone ku berbunyi,
membangunkan tidurku, Jam menunjukkan pukul empat kurang seperempat…,
kuregangkan otot-otot tubuhku, dan segera beranjak dari tempat tidurku…, akhir
pancaran air seni telah melegakan rasa sebah di perut, setelah bebersih,
kulanjutkan dengan berkumur dan membasuh muka hingga berakhir sampai mata kaki,
dimana setiap gerakan ku ulang sampai tiga kali, doa sehabis wudhu kulantunkan,
Sajadah kugelar, dan mukena kututupkan ke seluruh tubuh. Shalat Tahajut
kupersembahkan kepada-Nya dan doa kupanjatkan kepada Sang Pencipta. Dalam Doa
ku memohon atas keselamatan Mas HD, dan memohon agar Allah memudahkan dan
melancarkan dalam proses Ta’aruf , di jauhkan dari kesesatan, selalu
berada dalam bimbingan-Nya dan berakhir dengan kebahagiaan.
Usai mengerjakan sholat Subuh dan belum sempat berdzikir
perut terasa mulas, udara dingin di pagi hari menyebabkan perut ingin
menstransfer isinya ke ‘double u see’, setengah jam lewat bertapa di
atas ‘double u see’, hemmmm….plong rasanya semua ampas perut
sudah tertransfer ke dalam ‘double u see’.
Guyuran air dari gayung membasahi badan, busa sabun mandi
menyempurnakan kebersihan badan. Jigong dan liur bacin sudah tersikat dari
gigi, Walaupun mandi di pagi hari terasa dingin namun bisa menyehatkan dan badan
terasa fresh.
Alhamdulillaah…ternyata rasa fresh dan plong itu sebuah kenikmatan…
Panah jam telah menunjuk angka lima, nggak ada SMS atau pun miss call
dari mas HD, ku coba untuk menghubunginya, rupanya dia sudah stanby di
warung kopi depan Rumah Sakit Sultan Agung. Setelah tampak rapi dan wangi,
segera ku starter motorku menuju Terboyo, baru sampai Jalan Pemuda, saya
baru teringat kalau tidak membawa helm. Motor
kuputar balik ke kos untuk mengambil helm.
Saya berhenti di depan gerbang pintu masuk Rumah Sakit
Sultan Agung, baru saja saya mau calling Mas HD, rupanya ada seorang
lelaki yang berjalan ke arahku. Spontan
ku hentikan call ku. Setelah ia berada di depanku saya bertanya
kepadanya, diikuti jari menelunjuk ke arahnya ku berucap:
“Mas HD ya???”
Mas HD: “Iya…, benar”
Sis Na: “ Oke, langsung naik aja yuk…”
(La.. la la la.. la la la.. la la..)
Oh.. serasa, berbunga hatiku
Pertama kujabat ramah tanganmu
Lalu senyummu menggoyahkan
Imanku.. dan jiwaku
(*)
Kuingin segera.. memiliki semua (semua)
Pesona dan indahnya suasana
Bahkan mungkin juga, kumiliki
Semua di dirimu yang aku suka..
Ouo ooh..
Reff:
Kau membuatku bahagia, kau membuatku gembira
Kala pertama kita jumpa, membangkitkan gejolak cinta
Gelisah di setiap waktu, bila tak jumpa denganmu
Hari-hari terasa beku, membuat rindu semakin menggebu
Uuuh huh.. Uuuh huh
(La la la la la la la..) (La la la la la la la..)
Back to (*)
Huo oh.. aku suka kamu
Kasihku
Oooh..
(La la la la la la la..)
jumpa pertama..
(La la la la la la la..)
Jumpa pertama, membangkitkan gejolak cinta
Gelisah di setiap waktu, bila tak jumpa denganmu
Hari-hari terasa beku, membuat rindu semakin menggebu
Huo oh.. aku suka kamu
Kasihku
(La la la la la la la..) (La la la la la la la..) (La la la la la la la..)
Uuuh huh.. Uuuh huh
(jumpa pertama) Jumpa pertama
(La la la la la la la..) (La la la la la la la..) (La la la la la la la..)
Oh.. serasa, berbunga hatiku
Pertama kujabat ramah tanganmu
Lalu senyummu menggoyahkan
Imanku.. dan jiwaku
(*)
Kuingin segera.. memiliki semua (semua)
Pesona dan indahnya suasana
Bahkan mungkin juga, kumiliki
Semua di dirimu yang aku suka..
Ouo ooh..
Reff:
Kau membuatku bahagia, kau membuatku gembira
Kala pertama kita jumpa, membangkitkan gejolak cinta
Gelisah di setiap waktu, bila tak jumpa denganmu
Hari-hari terasa beku, membuat rindu semakin menggebu
Uuuh huh.. Uuuh huh
(La la la la la la la..) (La la la la la la la..)
Back to (*)
Huo oh.. aku suka kamu
Kasihku
Oooh..
(La la la la la la la..)
jumpa pertama..
(La la la la la la la..)
Jumpa pertama, membangkitkan gejolak cinta
Gelisah di setiap waktu, bila tak jumpa denganmu
Hari-hari terasa beku, membuat rindu semakin menggebu
Huo oh.. aku suka kamu
Kasihku
(La la la la la la la..) (La la la la la la la..) (La la la la la la la..)
Uuuh huh.. Uuuh huh
(jumpa pertama) Jumpa pertama
(La la la la la la la..) (La la la la la la la..) (La la la la la la la..)
Kusadari Ada Pesona
Ingin Kumengatakan
Aku Tresno Mas, Pada Dirimu…
Dari Jumpa Pertama
Tak Menentu Rasa Di Dada
Karena Pandangan Mata
Awan Bengi Mas, Atiku Kangen…
Reff:
Kalau Dari Dulu Kita Bertemu
Mungkin Telah Lama Kita Bersatu
Dirikupun Tahu Dari Sikapmu
Seakan-Akan Kau Sayang Padaku
Teringat Dirimu Dalam Hati Deg-Degan…
Back to Top, Reff, Top
Motor kualihkan ke dia, saya bonceng di belakangnya,
sepanjang perjalanan kami tidak banyak bercakap, saya pun masih malu-malu dan
terasa canggung, tanganku hanya berpegangan pada jaketnya, sesekali pegangan
gagang boncengan belakang, dalam hati saya bergumam:
“Hemmmm…ini tho yang namanya Mas HD, nggak pernah menyangka
di hari ini Allah benar-benar mempertemukan kami, ibarat pepatah asam di
gunung garam di laut, bersatu dalam satu kuali jadi bumbu sayur asem. Sekalipun berjauhan yang
lelaki di dataran pegunungan Irian Jaya (Timika
City) dan yang perempuan di ujung
pulau Jawa (Semarang
City) kalau berjodoh
pastilah dipertemukan oleh Yang Kuasa….
Mas HD : “Yang…, ini mau jalan ke mana???”
Suara Mas HD memecahkan lamunanku, dengan tergagap kujawab
pertanyaannya, “Masih lurus mas…, ini jalannya lurus terus, kalau sudah sampai
Pertigaan Sri Ratu nanti belok kanan, terus belok kiri, Stasiun Poncol maju
sekitar seratus meter, nah…di kiri jalan…ada Olympic Hotel, nanti mamas
istirahat dan bermalam di situ saja, murah dan nyaman”.
Kami sampai di Olympic Hotel, Mas HD segera reservasi ke
resepsionis, setelah menunggu sekitar sepuluh menit akhirnya resepsionis
memberikan kunci kamar hotel nomor 617 yang terletak di lantai empat. Untuk
mencapai kamar tersebut satu-satunya jalan melalui tangga, tak ada lift yang
bisa mempercepat ke tujuan. Nasiiib…nasiiib…pagi-pagi harus olah kaki ni…,
sudah lama sekali tidak pernah olah raga, jangankan suruh naik turun tangga, ke
DP Mall aja yang berjarak sekitar 100 meter dari kos-kosanku nggak pernah
jalan, bawaannya pakai motor. So…begitu menapaki anak tangga dari lantai satu
ke lantai empat, kaki terasa kram, keringat langsung bercucuran, napas
tersengal-sengal, seperti habis lari marathon yang menempuh jarak 10.000 km.
Pintu kamar di buka, Mas HD menaruh tas ranselnya di atas
meja, menuju ke Toilet, membasuh muka dan menggosok gigi. Saya berbaring di
tepi kiri ranjang , sambil menonton acara televisi. Saya diam membisu, menyimak
acara ‘Kisah Seputar Selebritis’.
Dari kamar mandi, dia melangkah ke arah tepi kanan ranjang,
dia berbaring, melepas rasa lelah yang telah menggelayut di badan, mata
terpejam sesaat…, tanpa kusadari dia memandang wajahku tanpa henti, saat
kumenoleh ke arahnya saya tersipu malu, rona pipiku memerah, panas menjalar ke
seluruh tubuh…sambil tersenyum ku cairkan suasana.
“Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga hehehe…, Lakone
wis teko…”
“Kenapa mas…kok memandangnya tanpa kedip, apa ada sesuatu di
wajahku???”
Mas HD : “Tentu…, ada kedua mata yang cantik, alis yang
tebal, hidung yang setengah mancung, bibir yang tipis, dan gigi yang gingsul,
kamu kalau tertawa manis sekali…, kamu berbaringnya minggir banget…,
agak mentengah sini…biar nggak jatuh…”
Sambil sedikit memperbaiki posisi tubuh, ku bersumbar “Jurus rayuan gombal mukiyo nya
dikeluarin nih…., nggak ngefek ah…, apakah ada yang beda antara di foto
dan yang aslinya ???”
Mas HD : “Saya tidak bisa merayu, Apa yang saya omongkan
ya apa adanya, nggak ada yang beda, dan ternyata benar…kamu sak unyil,
tapi kelihatannya pandai…hahaha…, so gak jadi soal, saya menyukaimu apa
adanya”.
Sis Na : “Aaaaah…..mamaaas ngecle….ngecle…,
biar sak unyil tapi kan kayak cabe rawit, biar kecil cabenya tapi pedasnya
bikin banjir keringat, bikin ketagihan, sekali makan pengen nambah
terus…hahaha…”
Mas HD : “ Menurutmu, mamas gimana yang…?”
Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku akan slalu memujimu
Disetiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku akan slalu memujimu
Disetiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
*
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Reff:
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna..
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna..
Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku
Back to *
Amazing
you, kau membuat ku percaya
Akan cinta yang telah lama hilang di hatiku
Amazing you, kau membuat ku terpana
Saat kamu menerima diriku apa adanya
Akan cinta yang telah lama hilang di hatiku
Amazing you, kau membuat ku terpana
Saat kamu menerima diriku apa adanya
Kau buat aku jatuh cinta
Kau buat diriku bahagia
Kau buat diriku sempurna
Hanya kamu amazing you
Amazing you, kau membuat ku terpana
Saat kamu menerima diriku apa adanya
Kau buat aku jatuh cinta
Kau buat diriku bahagia
Kau buat diriku sempurna
Hanya kamu amazing you
Tak ada
lagi yang bisa
Pisahkan kita saat bersama
Semua karena dirimu
Yang mampu begitu oh yeah
Pisahkan kita saat bersama
Semua karena dirimu
Yang mampu begitu oh yeah
Kau buat aku jatuh cinta
Kau buat diriku bahagia
Kau buat diriku sempurna, hanya kamu
Kau buat aku jatuh cinta
Kau buat diriku bahagia
Kau buat diriku sempurna
Hanya kamu (sempurna)
Hanya kamu, amazing you, amazing you, amazing you
Sis Na : “Hemmm…, Tinggi cukupan lah…nggak tinggi amat, juga
nggak pendek amat…, wajah pas-pas an…, kalau di pandang pas bangun tidur jelek
nggak karuan, kalau pas habis mandi…yaach…lumayan…nggak jelek-jelek amat
hehehe…, tapi kenapa wajahnya sedikit menghitam ya mas?”
Mas HD : “Ini dulu nggak sehitam ini, ini karena dulu pernah
sakit, saking panasnya mukaku terasa terbakar, kemudian mlungsungi,
namun pergantiaan kulitnya nggak seperti warna kulit sebelumnya.
Alhamdulillah…Allah masih memberikan kesembuhan.Hanya saja di leher sisi kiri
seperti ada bekas sayatan, sebelumnya tampak seperti kulit jeruk purut, setahun
kemarin saya diantar saudaramu Ro, ke Rumah Sakit Tlogorejo Semarang, leher
bekas luka tersebut di laser, dan sekarang agak lebih halus, kamu nggak takut
yang….”
Sis Na : “ Nggak lah…, saya juga ada kenalan yang lehernya
juga seperti bekas sayatan operasi hampir mirip lehernya mamas, tapi saya nggak
tahu disebabkan apa, saya nggak sampai tanya mengenai hal itu.
Mamaaas…, untuk mencerahkan face nya mamas, coba
mamas pakai pelembab dan pencerah kulit alami seperti jeruk nipis, madu, atau
susu di pakai sebagai masker, dan rutin sehari sekali atau dua kali saat menjelang tidur atau bangun tidur sebelum
mandi di pagi hari, diamkan hingga beberapa menit hingga kering, kemudian bilas
dengan air bersih, InsyaAllah lambat laun warna kulit akan berangsur cerah
sesuai warna kulit sebelumnya.
Saya nggak mempersoalkan fisikly mamas, saya menerima
mamas apa adanya mamas, sedari awal waktu kita menjalin komunikasi, saya merasa
Klik, dan nyaman berkomunikasi dengan mamas, dan saya menyukai
kepribadian mamas, mamas bisa menenangkan dan mendamaikan hati.”
“Rencananya gimana Mas? Mamas di sini berapa hari? Apa mau
jalan-jalan keliling Semarang?
Tapi saya nggak bisa menemani mamas sepanjang hari. Soalnya saya nggak enak
kalau nggak masuk kerja. Paling-paling bisa nemani mamas setelah pulang kerja
sampai mentok jam sembilan malam, di atas jam segitu kita istirahat di
tempatnya masing-masing. Mamas di hotel dan saya tetep di kos lah yau…”
Mas HD : “Sebaiknya saya di sini cukup semalam saja, besok
pagi saya pulang ke Pamotan, silaturrahmi dengan kerabat dan teman-teman mamas
yang ada di sana, mamas pengen istirahat lebih lama dan juga halal bi halal,
kan masih nuansa Idul Fitri, dan yayang kalau bisa Sabtu pulang, supaya saya
bisa main ke rumah orang tua yayang di Sabtu malam atau Minggu pagi atau
siangnya. Dan Selasa pagi saya harus sudah balik ke Surabaya karena tiket pesawatnya berangkat
sekitar jam 11 malam yang…”.
Sis Na : “Okelah kalo beg…beg…beg…begitu…, saya ngikut mamas
aja”.
Mas HD : “Ngikut ke Timika???, Nah…tu kan…habis ketemu malah
nggak mau ditinggalkan…, mamas nanti kerjanya gimana kalau mbok gondeli terus hahaha…, kalau
yayang mau ikut ya ayooo…, malah saya enak, dating nya dekat, bisa tak apelin
tiap hari…hahaha…”
Sis Na : “Aaaaccchhh mamaaaas…., bukan ngikut ke Timika
mamaaaasss…Siapa juga yang ingin ke Timika, belum Syah tauuuu, sebelum
mamas mengantongi sertifikat IQ emmoh
aaaah….ntar mbok telantarin di sana gawaaatttt , maksudnya ngikut
pendapat mamas aja ”
Mas HD : “Ooooo….begitu kah, kirain ngikut mamas ke Timika
hahaha…”.
Kami terdiam sejenak, sesaat kemudian tanpa terduga
tangannya menarik pinggangku sehingga kami sangat dekat dan hanya berjarak
sejengkal, sekonyong-konyong bibirnya mengecup kening dan pipi kanan. Kedua
tangannya melingkari pinggang. Semua kerinduan yang tertahan
selama sebulan lebih sudah terbayarkan.
di sun
sing suwe
kalo ketemu kekasih
di sun sing suwe mas
nambani kangene ati
di sun sing suwe
ben padha-padha ayeme
di sun sing suwe mas
sampai meresap di hati
ora usah isin-isin
atau malu-malu kucing
kalau roti mas
dikasih madu
aduh enake mas
yo yo rasane
jikalau hati mas
sakitlah rindu
disun pacar mas iku jamune (ah moso')
kalau rumah mas
e mati lampu
tentu saja mas
gelap gulita
jikalau lama mas
ora ketemu
tentu saja mas
rindu membara
s tiga iku tambane
s tiga iku jamune
Berawal
dari cintaku pertama
Diawal ku jumpa
Kamu benar membuatku tergila-gila
Ke langit jadinya
Kau pun kiriminkan seribu puisi cinta
Tak pernah ku duga
Ku balas kamu dengan senyuman manja
Kau hanya tertawa
Diawal ku jumpa
Kamu benar membuatku tergila-gila
Ke langit jadinya
Kau pun kiriminkan seribu puisi cinta
Tak pernah ku duga
Ku balas kamu dengan senyuman manja
Kau hanya tertawa
#
Malu-malu tapi mau
Ku lihat sayang
Tampak jelas di matamu
Lama-lama kau mendekat
Ku lihat sayang
Katakan cinta untukku
Reff 1:
Kamu memang yang pertama cinta
Menyentuh pipiku dengan manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Mendapatkan segalanya
Kau mulai lagi dengan tingkah lakumu
Ku tersipu malu
Kau titip salam lewat mentariku
Berdegup jantungku
Back to #
Reff 2:
Kamu memang yang pertama cinta
Memulai dengan senyuman manja
Karena kamu yang ku rasa cinta
Lebih dari segalanya
Cinta….
Back to Reff 1, Reff 2
Indah larik pelangi
Seusai hujan membuka hari
Samar dirajut mega
Garis wajahmu lembut tercipta
Telah jauh kutempuh ... perjalanan
Bawa sebentuk cinta
Menjemput impian
Seusai hujan membuka hari
Samar dirajut mega
Garis wajahmu lembut tercipta
Telah jauh kutempuh ... perjalanan
Bawa sebentuk cinta
Menjemput impian
Desau rindu meresap
Kenangan haru kudekap
Semakin dekat tuntaskan penantian
Kekasih, aku pulang
Menjemput impian
Kenangan haru kudekap
Semakin dekat tuntaskan penantian
Kekasih, aku pulang
Menjemput impian
Kau dan aku ... jadi satu arungi laut biru
Tak kan ada yang kuasa mengusik haluannya
Kau dan aku ... jadi satu
Sambut datangku
Sekian lama waktu telah mengurai makna
Cinta kita gemerlap terasah masa
Kan kubuat prasasti dari tulusnya janji
Walau apa terjadi tetap tegak berdiri
Kau dan aku jadi satu
Bersama kita jemput... impian
Dalam dekapannya, dia bertanya : “ Yang…, maukah kamu
jadi pendamping hidupku??? Mengisi
hari-hariku penuh dengan Cinta??? Dan menjadi
Ibu dari anak-anakku kelak? Saya ingin menjadi bagian dari hidupmu,
membahagiakanmu di sepanjang akhir hayatku”.
Nafasku terhenti sesaat, lidahku terasa kelu, tak ada
kata yang bisa terucap, ada rasa kedamaian dan kebahagian yang menyeruak dari
dalam hati. Harapan dan angan-angan
menjadi kenyataan, pertama kali ini saya merasakan kecupan dan pelukan dari
seorang lelaki, seseorang yang saya kasihi, dan dialah orang yang telah kupilih
untuk menjadi pendamping hidupku.
Dengan anggukan kepala, ku iyakan pinangannya. Kebahagiaan
tak terbendung menyelimuti hati manakala dia dengan kesungguhannya menyatakan
pinangannya kepadaku.
“Mamas…, sudah jam delapan, saya balik dulu ya…, nanti sepulang kerja saya jemput, nanti saya
kenalkan dengan kakak dan mbak ipar saya. Okey…saya kerja dulu ya…, mamas
istirahat saja, kan masih capek tho perjalanan
dari Timika ke Semarang?”
Mas HD : “ Ya…, saya tak tidur aja dulu, perjalanan dari
Timika sampai sini terasa melelahkan, badan terasa capek dan pegal-pegal ni…”
Saya bergegas meninggalkan kamar hotel dan meninggalkan Mas
HD sendirian.
Melakukan rutinitas kerja seperti hari-hari sebelumnya.
Namun ada yang berbeda, cahaya kebahagiaan memancar dari raut wajah. Keceriaan
dan semangat hidup menerangi di setiap gerak langkah.
Sepulang kerja kuluncurkan motorku ke Olympic Hotel,
menjemput Mas HD, kulihat wajahnya lebih Fresh, kami keluar mencari rumah
makan, berkeliling ke Simpang Lima, tak kunjung juga menemukan tempat makan
yang dirasa nikmat sajian makanannya.
Akhirnya kita memilih pujasera yang terletak di Jalan Gajah
Mada, ‘Pujasera Manggala’. Kami memilih tempat duduk, dan memesan makanan, Mas
HD memesan Tengkleng dan saya memesan Nasi Goreng, untuk minumannya kami
memesan Juice Apukat. Kami menanti masakan yang masih di masak sambil mengobrol
mengenai pekerjaan baik yang saya lakukan sekarang maupun setelah pernikahan
nanti. Selang seperempat jam makanan dan minuman sudah tersaji, Kami menyantap
makanan kami masing-masing, dari masakan yang kami nikmati, ternyata Tengkleng
yang dimakan Mas HD terasa asin banget, saya sempat mencicipinya sedikit,
sedang Nasi Goreng nya rasanya Top Markotop sesuai selera…, asin, gurih
dan pedas, bumbunya pas mantab….
Kami meninggalkan rumah makan dan meluncur ke rumah Kakak ke
tiga saya, Kak Amil di daerah Tumpang, saya ingin memberikan kejutan ke mereka,
ternyata sampai di sana saya malah di omeli kakak karena janjian mau
menjenguk sepupu di Rumah Sakit Romani, tapi saya tak kunjung datang, dan tidak
ada pemberitahuan kalau kedatangan tamu. Akhirnya acara menjenguk saudar kami
tunda esoknya.
Mbak Iparku, Mbak Nurul menyambutnya dengan ramah dan berbagi
cerita dengannya. Mas HD diminta bercerita tentang sejarah kehidupannya dari A
sampai Z.
Sementara saya bercengkrama dengan ponakan perempuan saya.
Sejam lebih kami mengobrol, dan pada penghujung jam sembilan
kami pamitan. Saya mengantarkan pulang Mas HD sampai depan hotel Olympic. Keesokan
paginya kuantarkan Mas HD sampai terminal Terboyo, di tempat pemberrhentian bus
kami berpisah.
“ Wis tego tenan ki…, bener nii..sudah tega
ninggalin saya…?”
Mas HD : “ Lha piye…, kalo nggak pulang-pulang nanti
malah nggak bertemu kedua orang tuamu, kata Pak JK lebih cepat lebih baik
…, hahaha…”
Sis Na : “ Hahaha…., kata si Ipin dan si Upin betul…betul…betul…
hahaha…, yo wis
sing ati-ati yo…, I miss you…”.
Mas HD : “ I love you…, Assalamu Alaikum…”.
Sis Na : “ Cuman gitu doank ? nggak adakah ‘sesuatu’ ?”
Mas HD : “Malu yang…masak kissing di jalan, sun
jauh aja…mmmuaach…, dah ya…I love you…, Assalamu Alaikum…”.
Sis Na : “Waalaikum salam…, love you too mamas”.
Bertemu Ortu
Sabtu malam, jam setengah delapan, Mas HD berkunjung ke
rumah, saya persilahkan masuk, dan duduk di ruang tamu, kuperkenalkan dia
dengan bapak dan juga ibu, hampir seluruh anggota keluargaku yang tinggal di
sekitar rumah bapak ibuku hadir menemuinya, berkumpul di ruang tamu, kakak
pertama, Kak Ali dan istrinya Mbak Aisya, mbak kedua, Mbak Ah dan suaminya Mas
Obe, di mana Mas HD sudah kenal baik dengan Mas Obe, kakak ke lima, Kak Abi dan
juga istrinya, Mbak Ai’ beserta ponakan-ponakanku. Canda tawa menyemarakkan
ruangan tamu kami, dan maksud kedatangan Mas HD sudah tersampaikan ke Ibu,
Bapak dan keluarga besar saya. Rasa bahagia menyeruak kala persetujuan dari
seluruh anggota keluarga sudah terbentang di depan mata. Demikian juga dari
pihak keluarga Mas HD, baik dari Ibu nya maupun dari keluarga besarnya pun
sudah memberikan restu kepadanya.
Minggu Siang jam sebelasan Mas HD berkunjung ke rumah di
kedua kalinya, Kali ini dia lebih banyak mengobrol dengan Ibu, dan Mbak Ah.
Saya, Mbak Ai’ dan Mbak Aisya sibuk menyiapkan makan siang untuk kami suguhkan
ke Mas HD.
Bapak yang sudah mulai udzur dan jalannya tertatih-tatih
akibat dari kecelakaan tiga tahun yang lalu, lebih banyak berbaring di
pembaringan. Mas HD yang melihat kondisi Bapak seperti itu, dia tak sampai hati
mendiamkannya. Dia coba mempraktikan ilmu ketabiban yang telah dipelajarinya
sejak lama tersebut.
Seusai makan siang, dia memulai menerapi kaki Bapak, di
urut-urut, dicari urat yang terjepit, dilemaskan urat-uratnya yang mrengkel,
di kembalikan urat-urat yang mlengse ke tempatnya semula. Keringat
bercucuran membasahi T-Shirt nya, Kak Abi nyeletuk:
“Sis Na, sehabis ini kamu siapin makan lagi untuk Mas HD,
energynya sudah terkuras, pasti lapar lagi tuuu…”
Sis Na : “Gampang lah..bisa di atur…”
Mbak Ai’ : “Kalau begini enak leh…, Bapak punya menantu yang bisa mengobati
bapak, nggak perlu panggil-panggil dokter lagi hehehe…”
Mas Hadi : “Alhamdulillah…, semua urat-uratnya yang kaku
sudah lemas dan sudah balik ke tempat asalnya, InsyaAllah nanti jalannya bapak
sudah lebih baik”.
Dari pertemuan tersebut keluarga besar saya minta kepada Mas
HD untuk menyampaikan kepada ibundanya mohon dipercepat proses Khitbahnya,
dan waktu terbaik dipilihlah tanggal 27
Bulan Syawal Malam Jum’at atau tanggal 13 September 2012, Kamis Malam. Alhamdulillaah…
proses Ta’aruf berjalan lancar.
Mbak ke empatku yang tinggal di Sidoarjo, Mbak Ni, mendengar
kabar baik tersebut, dirinya dan suaminya Mas Giri, juga ada keinginan bertemu
dengan Mas HD. Telponku berdering, panggilan dari Mbak Ni,
“ Na.., Mas mu pulangnya kapan? Ajak mampir ke Sidoarjo yo,
sekalian kamu ngantarin dia pulang”.
Sis Na : “ Nggak boleh ma ortu mbak, tadinya ada
rencana seperti itu, berhubung orang rumah pada melarang yo…uwiss…..ra sido…”.
Mbak Ni : “Kapan lagi kamu bisa mengenal masmu lebih dekat
lagi…, kamu kan baru bertemu sekali itu kan, minimal kamu masih bisa mengobrol face
to face saat di perjalanan, namanya orang kan nggak hanya berpacaran by
handphone saja, kadang by handphone lebih banyak isengnya daripada
keseriusannya, dan kamu harus lebih berhati-hati, kamu harus mengenal orangnya
betul, dengan face to face kan kamu bisa lebih mengenal karakternya,
sudahlah..pokoknya kamu besok datang ke rumah ya…, nanti kalau di marahi orang
rumah, saya yang akan ngomong…”.
Sis Na : “ Yo wis
leh yen ngono…, mengko tak ngomong Mas HD”.
Saya menghubungi Mas HD, dan mencoba meminta pendapatnya,
“Assalamu Alaikum, mas HD…, saya barusan ditelpon Mbak
Ni, saudaraku yang di Sidoarjo, kita di
suruh maen ke sana,
menurutmu gimana?”
Mas HD : “ Kalau saya sih monggo kerso…, saya nurut
ma yayang…, lha apa keluargamu mengijinkan? Kalau tidak nanti kamu malah
dimarahi lha piye? Saya tegaskan di awal, saya tidak mau disalahkan oleh
keluargamu dan jadi pemicu pertengkaran di antara kalian”.
Sis Na : “ Nggak papa mas, saya siap dimarahin kok, don’t
worry be happy hehehe…, toh kita ke tempat Mbak Ni kan silaturrahmi, bukan
untuk hal yang ‘….’, kalau niat kita
baik, insyaAllah hasilnya juga baik…, besok kita bertemu di Lasem jam delapan
ya mas…’
Mas HD : “ Okey, pinter juga kamu yang…,”
Sis Na : “ Gurunya kan
mamas sayang… hahaha…”.
Go To Surabaya
Senin pagi jam delapanan, saya pamit sama Ibu, bapak, adikku
Mawa. Di rumah kakakku yang pertama, Mbak Aisya, saya berpamitan. Ada yang terasa janggal di
hatinya, dia ndendes saya, dan bertanya,
“Dek, kamu mau ke Sidoarjo tho…, bener ra???, Jo ngapusi…, Semalam saya
sempat ngomong-ngomong sama mas Ali, kayaknya Dek Sis Na tetep ke
Sidoarjo, kayaknya sore kemarin kok Dek Ni telpon”.
Sis Na : “Yup…betul…betul…betul…, Sssst….Jangan bilang
siapa-siapa ya…!!!, Pamitan dulu ya…doakan semuanya lancar, Assalamu Alaikum…”
Mbak Aisya : “Yo…, tapi aku tetep bilang ma kakakmu,
paling-paling mas mu no problem…, sing ngati-ngati…, aku kasih
nomor handphone nya masmu…, nanti tak ngebell masmu…”.
Sejam lewat saya menanti, mojok di sudut emperan
toko, dia yang kunanti-nanti tak kunjung datang, rasa jenuh mulai menghisap
kesabaran.
SMS dan Miss Call nggak di balas…, Ya Allah…tolonglah daku…, berikan kesabaran
kepadaku…
Sekali lagi kupanggil nomornya, akhirnya telpon diangkat.
“Assalaamu Alaikum, mamas…, mamas sampai mana? SMS dan
telponnya kok nggak dibalas tho maaas…, yayang dah nunggu lama ni…ndepipis
sendirian di pojok toko …”.
Berjalan menuju ke arahku, Mas HD menjawab panggilanku, “Waalaikum
salam…, maaf yang…tadi mamas ke ATM dulu, ada tagihan yang harus saya bayar,
ini saya sekarang sudah stanby di tempat pemberhentian bus, saya di
temani Pak Lek Sukar…”.
Pukulan kecil mendarat di bahunya, dengan sedikit manja saya
minta dibantu berdiri dari tempat dudukanku. Saya diperkenalkan dengan
pamannya, jabat tangan dan senyuman manis kulontarkan kepada beliau. Kami
menanti bus patas bersama, saya diam tanpa banyak berbicara.
Di situ pula saya bertemu dengan Pak Lek Khoir, saudara mindoan
dari bapak. Sambil menanti bus, saya mengobrol dengannya hingga bus yang kami
nantikan datang, Jaya Utama patas dan kami segera naik ke bus tersebut,
rupanya nggak ada tempat duduk yang kosong, hingga kita duduk di samping pak
sopir. Kami dijanjikan pak kondektur tempat duduk saat sampai di Tuban, katanya
banyak penumpang yang akan turun di sana.
Kami mengobrol dengan pak sopir, mamas bercerita tentang
pengalamannya saat dia menjadi sopir angkot dan sopir antar jemput di sekolahan
ternama di Jakarta.
Menekuni profesi tersebut hingga lebih dari lima tahun, sedang pak sopir bercerita
mengenai pengalamannya menjadi sopir hampir separuh umurnya hidup di
jalan.
“Mamas…, apa tadi Mbak Aisya telpon mamas?”
Mas HD : “Iya…”.
Sis Na : “Emang dia bilang apa?”
Mas HD : “ Hanya berpesan, suruh jaga kamu baik-baik…, nggak
boleh ada yang berubah sedikitpun…, ya pastilah harus tak jaga baik-baik, lha
wong calon bojoku ko ra tak eman…, mesthi tak eman-eman tho yo…”.
Bus yang kami tumpangi melaju perlahan, di pertengahan jalan
daerah Tuban, kami beristirahat sejenak
di rumah makan sederhana, di sana
kami menukarkan karcis kita dengan sepiring nasi dan segelas minuman. Sehabis
makan kita langsung menuju ke musholla di ujung rumah makan untuk menunaikan
sholat Dhuhur, hampir saja kami ketinggalan bus, bus tersebut hampir saja
berjalan, dengan berlari-lari kecil kami mengejar bus tersebut.
Oleh pak kondektur kami di suruh masuk ke dalam cabin
bus, tapi masih belum ada bangku yang kosong, terpaksa kami berdiri. Lima belas menit kemudian
barulah kita mendapat tempat duduk, kami menempati kursi sepasang keluarga muda
dengan bayinya yang barusan turun di Terminal Tuban. Saya duduk di samping sisi
kiri dekat jendela, sedang Mas HD di sebelahku.
“Tahu nggak yang…, rencana sopir sama kondektunya mau tak onek-onekke
kalau kita nggak sampai dapat tempat duduk, bilangnya tadi saat kita barusan
naik akan ada yang segera turun. Sudah sejauh ini baru ada yang turun, kalau
tahu seperti ini tadi kita cari bus yang lain saja yang…”.
Sis Na : “Sudahlah mas…, nggak usah marah, toh kita sekarang
sudah dapat tempat duduk, dari pada bikin hati jengkel mending kita bercerita
aja yuk…”.
Perjalanan sampai daerah Lamongan, tiba-tiba Mas HD
nyeletuk:
“ Lihat yang…, di
pinggir sungai itu ada musholla yang bangunannya nangkring di pinggir kali,
hampir sepertiga bangunannya mengarah ke sungai, gak bisa bayangkan kalau
banjir dan mushollanya kerem…, kok bisa-bisanya mbangun musholla dengan
posisi seperti itu…, Kalau imamnya jatuh gandulan tiang pancangnya lha opo
ra tambah mesakke…”
Sis Na : “Wis gandulan soko, sarunge mlotrok sisan, tambah lucu meneh mas…, hahaha…”.
Mas HD : “Atau saat mengimami sholat tak terduga banjir
bandang, mushollanya ambruk, Imam dan separuh jama’ah nya kebrekan reruntuhan
musholla dan kenter lha rak malah medeni uwong…, Mbangun
musholla tanpa mempertimbangkan keselamatan dan sisi bahayanya…”.
Sis Na : “Lha wis
piye.., mungkin tanah yang bisa dibangun musholla cuma di situ aja mas..”.
Di sepanjang perjalanan kami mengobrol dan bercanda, sambil
sesekali ia ngelitiki kaki dan pinggangku,
kontan saja saya kegelian, dan membalasnya.
Sesampai di Terminal Bungurasih pukul empat lewat sepuluh
menit, kami menuju musholla di ujung terminal untuk menunaikan sholat Asyar.
Selesai sholat kulihat Mas HD sedang berbincang dengan salah seorang jama’ah
musholla tersebut, yang saya lihat tadi sedang mengepel lantai musholla.
Saat kami berjalan menuju Ramayana sebelah terminal,
kutanyakan perihal orang tersebut,
“Apa mamas kenal sama orang tadi ?”
Mas HD : “ Nggak…, tahu tuh…tadi selesai sholat saya
langsung di salami dan di ajak mengobrol”.
Sis Na : “ Ooo.., ke Ramayana mamas mau beli apa?”
Mas HD : “ saya dititipi bet pim pong, siapa tahu di sana ada”
Sesampai di sana, Ramayana tidak menyediakan bet Pim Pong, kami
menyisiri counter sepatu, lihat-lihat sepatu olahraga.
Mas HD : “Yang.., kalau mau silahkan pilih sepatu, mana yang
di suka, nanti bisa yayang pake jalan-jalan biar badanmu tampak kenceng, dan
agak kurusan dikit hehehe..”.
Sis Na : “Makasih mas, yayang masih punya sepatu kok…”.
Mas HD pilih sepatu warna putih, dalam hatinya ia bergumam,
kok anak ini ditawarin hanya ya...yo...ya…yo... ning ra ono unine...kok
masih jaim-jaiman gitu…
Saya berkeliling melihat-lihat, tanpa ada keinginan untuk
membeli atau dibelikan sepatu, namun apa yang terjadi…, sendal yang saya pakai
solnya lepas, waduuuh…, kayaknya ada yang perlu di benahi ni…
Saya menghampiri Mas HD, memperlihatkan sendalku,
“Mas…sendalku solnya mengkap-mengkap ni…, sini jualan
lem buat ngelem ini nggak ya…?”
Mas HD : “Ngapain pusing-pusing, sudah ambil sepatu aja,
tadi kamu tak tawarin sok jaim gitu, kayak ma siapa aja…”
Sis Na : “Nggak jaim mamaaas…, ya karena yayang memang belum
perlu aja, ya kalau begini mau apalagi…jadinya urgent…ya mau lah…”
Akhirnya saya pilih sepatu ‘Ardiles’ warna coklat sesuai
warna rok yang saya gunakan saat itu, rok klok batik warna coklat dengan atasan
T-Shirt hitam dan topi rajut hitam.
Kami menaiki taxi menuju rumah Mbak Ni, agak sedikit lebih
lama dari waktu biasanya, hingga Mbak Ni dan Mas Giri telpon berulang kali
dikira macet atau nyasar.
Akhirnya kami sampai di rumah. Mbak Ni dan ponakanku
menghampiri kami saat sampai di serambi rumahnya.
Sayur Asem, dan pepes pindang sudah dipersiapkan untuk
menjamu makan malam kami. Kami makan bersama tuan rumah. Dengan lahap kami
menyantap makanan yang disediakan. Perut yang sedari tadi keroncongan dan
dangdutan terobati sudah.
Mas Giri sedang asyik mengobrol dengan Mas HD di serambi
depan dari habis magrib hingga jam sembilanan malam, baru ketemu mereka sudah
saling cocok satu sama lain. Yaacch…saya di cuekin niih…, saya bermain sama Ara
dan Ayla ponakanku.
Kebetulan Mas Giri barusan kecelakaan, dan badannya masih
ada yang terkilir, ku minta sama Mas HD untuk membantu mengobatinya, dengan
keahlian yang diberikan Yang Kuasa, dia menerapi mas Giri. Alhamdulillaah
badannya Mas Giri terasa lebih baik. Saya, Mas HD, Mbak Ni dan Mas Giri ngobrol
sampai jam setengah dua malam. Saya tidur bersama Mbak Ni dan si baby Nora,
Mas Giri tidur besama Ara dan Ayla, sedang Mas HD tidur di bed depan TV
berkipas angin, dia tidak mau tidur di kamar yang sudah disediakan, katanya sumuk.
Paginya, Mas Giri yang pandai memasak, memasakkan kami Bandeng
Bakar sambel terasi, hemmm uenaak tenan…., Mas HD sampai berucap,
“ Ini di Timika rasanya nggak ada yang segurih ini mas, rasa
gurih ikannya terasa banget…, biasanya kalau di Timika, sekelas Rumah makan
sekali pun rasa ikan bakarnya hampar, hanya terasa bumbu kecapnya saja…”
Sis Na : “ Mamas nggak rugi kan, yayang ajak ke sini…, masakannya Mas
Giri enak-enak maaas…, pasti ketagihan dech…”.
Kami diajarkan Mas Giri bagaimana cara membersihkan ikan
supaya tidak bau tanah, tidak pahit, dan tidak amis. Ternyata kalau
membersihkan ikannya di balikkan, bagian insang yang di atas di guyur dengan
air kran yang mengalir supaya tidak amis dan tidak bau tanah, sedangkan kalau
membuang isinya jangan sampai empedunya pecah supaya rasa ikannya tidak pahit.
Sepanjang siang Mas HD lebih banyak bercakap dengan Mas
Giri, hampir tidak ada waktu buat kami berdua. Sorenya dia diantarin mas Giri
mencari bet pim pong hingga berkeliling Surabaya,
karena beberapa toko olahraga yang dituju tidak buka dan tidak menjual bet pim
pong. Sampai rumah sudah Magrib, selesai
makan malam dia masih ngobrol dengan Mas Giri, hingga Mas Giri kedatangan tamu.
Ada waktu
beberapa menit buat kami, tapi tak ada obrolan yang kami omongkan.
Tibalah saatnya untuk perpisahan, sayangnya kami tidak
pulang bersama, Jam delapanan malam Mas HD diantar Mas Giri ke Bandara.
Sedangkan saya diantarkan Mas Giri ke Terminal Bungurasih sepulang dari
mengantar mas HD.
Kami berpisah tanpa ada ucapan perpisahan, dan tanpa kecupan
sayang. Hanya jabat tangan dan doa yang mengiringi kepergian kami. Kami bersepakat
akan saling menghubungi saat di perjalanan hingga sampai di tujuan masing-masing.
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Ku pasti kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembali
Kau peluk aku
Kau ciumi pipiku
Kau bilang janganlah ku pergi
Bujuk rayumu buat hatiku sedih
Tapi ku hanya dapat berkata
Pabila nanti
Kau rindukanku
Didekapmu oh
Tak perlu kau risaukan
Aku pasti akan kembali oh
Waktu tlah tiba
Aku kan meninggalkan
Tinggalkan kamu
Tuk sementara
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Kau dekap aku
Kau bilang jangan pergi
Tapi ku hanya dapat berkata
Aku hanya pergi tuk sementaraAku kan meninggalkan
Tinggalkan kamu
Tuk sementara
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Kau dekap aku
Kau bilang jangan pergi
Tapi ku hanya dapat berkata
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Ku pasti kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembali
Kau peluk aku
Kau ciumi pipiku
Kau bilang janganlah ku pergi
Bujuk rayumu buat hatiku sedih
Tapi ku hanya dapat berkata
Pabila nanti
Kau rindukanku
Didekapmu oh
Tak perlu kau risaukan
Aku pasti akan kembali oh
To Be Contined ===> 'September Ceria'
0 comments:
Posting Komentar